Lebih dari seratus halaman Surat untuk Ayah (Brief an den Vater) ini
ditulis tangan oleh Kafka dan dititipkan ibunya, Julie Löwy Kafka untuk
diberikan ayahnya, Hermann Kafka, namun hingga Kafka meninggal dimungkinkan
surat itu belum sampai di tangan sang ayah. Surat ini ditulis di sebuah rumah
sakit rehabilitasi penyakit tuberkulosis kota Schelesen pada tahun 1919. Saat itu Kafka berusia 36 tahun, pada puncak kreatifnya yang membara, lima
tahun kemudian ia meninggal. Sebuah surat tunggal setebal 61 halaman versi
aslinya bahasa Jerman, lebih tebal sedikit daripada novelet Metamorfosis (Die
Verwandlung).
Usai menulis surat itu Kafka mengirim surat kepada penerjemahnya sekaligus
pacarnya, Milena Jesenskà pada bulan Mei 1920, menjelaskan, “Jika kamu ingin
tahu, bagaimana aku dahulu, maka aku kirimkan kepadamu dari Praha sebuah surat
mahapanjang, yang aku tulis sekitar setengah tahun silam, tapi belum pernah aku
berikan.“ Selanjutnya pada musim panas 1920 Kafka menulis surat lagi kepada
Milena, “Besok akan aku kirimkan ke apartemenmu tentang surat ayah itu. Simpan
lah dengan baik-baik, mungkin suatu saat aku akan memberikannya. Mohon jangan
sampai ada orang lain yang membacanya. Bacalah seluruh sentilan pembelaan itu,
ibarat sebuah surat advokasi.“
Secara umum surat protes Kafka kepada ayahnya ini menggambarkan empat
situasi, yakni pada masa Kafka masih bocah dan lemah, perlakuan ayahnya yang
tak sopan terhadap pembantu, ajaran agama Yahudi khas ayahnya dan batalnya
tunangan Kafka. Sesuai latar pendidikannya jurusan hukum, maka Kafka seperti
menciptakan sebuah sidang di meja makan. Ia bertindak sebagai penggugat dan
sekaligus sebagai advokat, sedang ayahnya selamanya menjadi terdakwa. Kafka
memberontak kepada ayahnya tidak dengan bahasa yang berapi-api, justru menggunakan
senjata perasaan ketakutan yang mendalam.
Bahasanya sederhana, namun pikiran Kafka yang membelok di tikungan secara
tiba-tiba, membuat aku sering tertegun sekaligus tersenyum. Betapa ia merasa
lebih kerdil dan rapuh di depan ayahnya yang perkasa. Ia anggap ayahnya sebagai
diktator kecil dalam keluarga. Ia mencatat dengan jeli umpatan ayahnya kepada
pembantu memakai bahasa kasar dengan menyebut; anjing. Dia dimarahi ayahnya di
meja makan dengan umpatan, “Aku robek-robek kamu seperti ikan.“ Di depan ibunya
Kafka sering dapat sindiran ayahnya, “Itu anakmu yang manja.“
Surat untuk Ayah meskipun hanya sepotong biografi Kafka dengan ayahnya,
namun ada kedekatan dengan tiga karya lainnya, yakni Metamorfosis, Penghakiman
(Das Urteil) dan Proses (Der Prozess) Barangkali dengan membaca Surat untuk
Ayah ini, pembaca akan sedikit membantu memahami novelet Metamorfosis. Beberapa
tokoh seperti ayah, ibu, Grete, Samsa, dan pembantu, juga muncul pada Surat
untuk Ayah. Bahkan Gustav Janouch dalam bukunya Percakapan dengan Kafka
(Gespräche mit Kafka) membandingkan nama K-A-F-K-A dengan S-A-M-S-A.
Di antara tiga adik perempuan Kafka, Elli, Valli, dan Ottla, hanya Ottla
yang paling ia sayangi. Pada Metamorfosis Kafka tulis, … hanya adik
perempuannya yang dianggap Gregor masih setia. Pada Surat untuk Ayah, Kafka
tulis,… Ottla tak punya hubungan dengan ayah, ia harus mencari jalannya sendiri
seperti aku, dan untuk lebih yakin, percaya diri, menjaga kesehatan, tak
ceroboh, jika dibandingkan dengan aku, Ottla di matamu lebih jahat dan
berkhianat daripada aku.... Ottla ini muncul pada Metamorfosis seperti tokoh
Grete, adik perempuan Gregor Samsa. Sedang Hermann Kafka, sang ayah yang tegas,
sama tegasnya seperti ayah Samsa. Ada petikan sebagai berikut: Ayah mengetuk
pelan pada pintu samping, tapi dengan kepalan.“Gregor, Gregor,“ panggilnya,
“ada apa ini?“ Dan sementara waktu ia peringatkan lagi dengan suara yang lebih
keras, “Gregor! Gregor!“ Pada pintu sebelah adik perempuannya merasa sedih dan
bertanya dengan sopan, “Gregor? Apakah kamu tak enak badan? Perlukah kamu
bantuan?“
Banyak pengamat menilai Surat untuk Ayah paling mendekati kemiripan dengan
cerpen Kafka berjudul Penghakiman. Pada kedua karya tersebut, sang ayah selalu
mencela calon pacar. Pada Surat untuk Ayah, Kafka mengeluh atas sindiran
ayahnya terhadap pakaian pacarnya Felice Bauer (FB). ”Mungkin dia telah memakai
blus yang kamu sukai, seperti yang sudah biasa dipakai oleh perempuan-perempuan
Yahudi di Praha dan kemudian tentu saja kamu telah memutuskan untuk kawin
dengan dia. Dan kalau bisa secepat mungkin, dalam satu minggu, besok, hari ini.
Aku tak mengerti dengan keputusanmu itu.” Bandingkan pada cerpen Penghakiman,
tokoh Georg Bendemann yang punya pacar Frieda Brandenfeld (FB) juga disindir
oleh ayahnya tentang pakainnya. ”Karena Frieda memakai rok menyingsing ke
atas,” sergah ayah sambil nyinyir, ”karena ia memakai rok begitu menyingsing
tinggi, itu pertanda gadis urakan.”
Pada Surat untuk Ayah, sang ayah menasihati Kafka, ”Aku tak paham dengan
pikiranmu, kamu toh seorang yang sudah dewasa, hidup di kota, dan kamu tahu tak
ada himbauan lain, kawin saja langsung sesuka hati.” Bandingkan dengan novel
Proses, temperamen tokoh paman Albert mirip dengan Hermann Kafka. Josef K
dipaksa dicarikan pengacara Dr. Huld, sahabat pamannya. Sesampai di rumah
pengacara Dr. Huld, Josef K lebih senang mendekam di dapur bersama Leni, si
pembantu pengacara. Menjelang pulang, sang paman memarahi Josef K. “Anak muda!”
seru Paman, “bagaimana kau bisa melakukan hal seperti itu! Perkaramu sudah
berada di jalur yang benar, tapi kau merusaknya sendiri dengan begitu parah.
Kau diam-diam pergi dengan makhluk kecil yang nista itu, yang jelas-jelas pacar
pengacara, dan menghilang selama berjam-jam.“
Pada Surat untuk Ayah ada narasi sebagai berikut, “Bagaikan orang yang akan
digantung. Jika benar-benar digantung, orang itu akan mati dan semuanya
berlalu. Tapi jika ia harus menyaksikan semua persiapannya sebelum digantung
dan baru mengetahui bahwa hukumannya ditangguhkan ketika talinya sudah ada di
depan wajahnya, ia mungkin akan menderita seumur hidup karenanya.“ Bandingkan
dengan penutup novel Proses ini, “Tapi tangan salah seorang laki-laki itu
mencengkeram leher K, sementara laki-laki lainnya menusukkan pisau ke
jantungnya, lalu memutarnya dua kali. Dengan pandangan kabur K masih bisa
melihat dua laki-laki itu tepat di depan wajahnya, pipi mereka saling menempel,
saat mereka memperhatikan momen penghabisan itu. “Seperti seekor anjing!“ seru
K, seakan perasaan malunya akan bertahan hidup lebih lama daripada dirinya.
Martin Walser, sastrawan Jerman dalam sebuah diskusi Gruppe 47 di Jerman
tahun 1953 mengatakan, "Kafka adalah figur yang berbahaya."
Pengkritik lainnya berkata, "Dari pada membaca karya Kafka, lebih baik aku
membaca diri Kafka." Edwin Muir, penerjemah pertama karya-karya Kafka ke dalam bahasa Inggris
nekat tak pedulikan terhadap pembaca yang punya tradisi kuno bahasa
anglo-saxon. Ia tetap hadirkan struktur kalimat Kafka yang kompleks dengan
sintaksis betumpuk-tumpuk. Perlahan-lahan karya Kafka bisa dipahami pembaca
Inggris.
Kita perlu bersyukur kepada Max Brod, sahabat karib Kafka yang mendapat
testamen oleh Kafka untuk membakar sebagian karya-karyanya. Brod justru
bertindak sebaliknya, menerbitkan karya-karyanya, sehingga kita sekarang bisa
menikmatinya. Banyak pembaca berbahasa Jerman sendiri mengakui corak karya
Kafka sangat aneh dan rumit.
Bagaimana jadinya kalau dialihbahasakan ke dalam bahasa asing lain, seperti
bahasa Indonesia? Di sini lah dilema utama yang aku alami. Meskipun aku
menerjemahkan langsung dari bahasa Jerman dan ini bukan karya fiksi, namun
tetap saja dihadapkan pada kerumitan yang mendalam. Atas terbitnya buku ini aku berutang budi kepada Ika Yuliana Kurniasih
sebagai editor, yang mengasah kalimat-kalimat ini semakin terang. Terima kasih
kepada Niduparas Erlang, yang sempat mengedit awal namun berkali-kali jatuh
sakit bahkan sampai masuk rumah sakit dan celakanya hasil editannya hilang di
laptopnya. Terima kasih kepada Mas Iman Budhi Santosa dan Komunitas Lereng
Medini (KLM) yang mewujudkan naskah ini menjadi buku. Tercatat naskah tipis ini
sebelum diedit, sempat ditawarkan kepada tiga penerbit dan ketiganya menolak.
Mungkin memang nasib karya Kafka sejak awal sudah diganjar sial. Ketika
naskah-naskah Kafka dikirim ke penerbit, pecah Perang Dunia I dan Kafka tidak
menyadari bahwa naskahnya sudah berpindah ke penerbit lain. Kerumitan naskah
Kafka untuk dijadikan buku seperti kerumitan hidup Kafka sendiri.
Semoga buku ini bisa memberikan sedikit sumbangan tentang dunia penulisan
Kafka bagi pembaca di tanah air.
Zug: Awal April 2016
No comments:
Post a Comment