"Siapa melihat sesuatu yang lebih terhadap karya Kafka
`Metamorfosis` dari sekadar sebuah fantasi serangga, saya menyambutnya sebagai
pembaca yang benar pada deretan yang bagus." (Vladimir Nabokov).
Judul: Die Verwandlung – Franz Kafka
Mit einem Kommentar von Vladimir Nabokov
(Metamorfosis – Franz Kafka dengan sebuah komentar dari
Vladimir Nabokov)
Penerbit: Fischer, 1991
Tebal: 107 Halaman
Nabokov penulis novel terkenal Lolita, mencoba menelaah
novelet Metamorfosis dari Franz Kafka. Nabokov sebutkan, ia hendak menganalisis
antara fantasi dan realitas serta hubungan perubahannya. Sebagai pembanding ia
pakai dua karya lain, yakni; Mantel (Der Mantel) karya Gogol dan Dr.Jekyll dan
Mr. Hyde karya Robert Louis Stevenson.
Tegas Nabokov, “Siapa melihat sesuatu yang lebih terhadap
karya Kafka `Metamorfosis` dari sekadar fantasi serangga, saya menyambutnya
sebagai pembaca yang benar pada deretan yang bagus.“
Antara Mantel, Dr. Jekyll dan Mr. Hyde dan Metamorfosis,
ketiganya sebagai cerita yang fantastis. Dari sudut pandangku bahwa setiap
karya seni yang menonjol berasal dari sebuah fantasi, sebagai satu-satunya
dunia yang bisa dilihat ulang oleh manusia. Apakah orang akan menganggapnya
ketiga cerita itu fantastis, akankah orang mengatakan sampai sebatas itu saja,
sedang penggambarannya sebagai dunia yang melantur, apakah yang lazim dianggap
oleh orang sebagai realitas dan kenyataan. Sebab itu kita akan menelaah apakah
realitas itu, sejauh mana takarannya berbeda dengan fantasi.
Kita ambil contoh ada tiga lelaki yang sedang berjalan
melewati sebuah ladang yang sama. Lelaki pertama, warga kota yang sedang
liburan, lelaki kedua, seorang ahli biologi dan lelaki ketiga, seorang petani
lokal tulen.
1.Lelaki pertama, seorang realis dan serba teknis. Ia
memiliki 5 kategori. Baginya, pepohonan adalah pepohonan, seperti yang ia lihat
dari buku panduan wisata di sepanjang jalan, ada jalan yang menuju ke kota baru,
di situ terdapat warung bagus berdasar anjuran dari kawan kerjanya.
2.Lelaki ahli botani memandang ke seluruh penjuru dengan
mata yang awas, langsung memilahkan berdasar ilmu biologi (Misalnya, jenis
pohon, rumput, bunga, pakis). Itulah bagi ahli biologi dianggap sebagai
realitas. Bagi dia yang dianggap fantasi, dunia impian yang samar dan dongeng
itu seperti musim panas yang cerah dalam keheningan (bukan seekor tupai di
pohon).
3.Lelaki yang sebagai petani menolak dari pandangan kedua
lelaki sebelumnya. Si petani bisa menunjukkan dengan tepat berbagai hal secara
pribadi. Bagaimana pun ia dilahirkan dan dibesarkan di sini. Ia tahu persis di
mana jalan dan lorong kecil, setiap semak-semak dan pohon. Semua itu terkait
dengan pekerjaannya sehari-hari. Masa kecilnya dan ribuan hal yang kecil-kecil
lainnya.
Jelas kedua lelaki sebelumnya, turis dan ahli botani tak
memahami lingkungan. Mungkin saja bagi petani tidak paham nilai-nilai secara
ilmu biologi di lingkungannya. Bagi ahli botani tak memandang penting sebuah
kandang, ladang dan rumah di bawah bayangan pohon tinggi, yang sangat berarti
bagi orang yang lahir di situ, sebagai sebuah kenangan pribadi yang mengawang.
Dari contoh di atas, telah ditunjukkan perbedaan realitas
sesuai dengan pengalaman. Tentu saja kita masih bisa mencoba dengan permainan
berbagai kehidupan lain. Seorang buta dengan seekor anjing, seorang pemburu
dengan seekor anjing, seekor anjing dengan tuannya. Seorang pelukis sedang
mencari objek matahari terbenam, seorang gadis yang kehabisan bensin.
Bagi setiap orang akan mengalami pengalaman yang berbeda
terkait masa sekarang. Di situ lah akan bertemu kosa kata yang objektif
seperti, pohon, bunga, langit, kandang, hujan, yang akan berkonfrontasi dengan
pandangan subjektif. Di sinilah keputusan subjektif begitu kuat, karena
mendapat pengaruh dari apa yang disebut kehidupan/eksistensi objektif yang
kosong, longsongan peluru yang hancur.
Hanya ada satu jalan kembali menuju ke kenyataan
objektif: kita harus membedakan dunia yang berbeda secara terpisah dan secara
mendasar mencampuradukkan. Itulah setetes kenyataan objektif yang kita sebut.
Jika kita bicara tentang kenyataan, maksud kita dasarnya
adalah dari semua sumber mengucur dalam satu tetes. Sebuah campuraduk dari
jutaan kenyataan yang terpisah. Dalam hal ini (realitas kemanusiaan), aku
kaitkan dengan pemahaman tentang kenyataan, jika aku menabrakkan pada dunia
Mantel, Dr. Jekyll dan Mr. Hyde, atau Metamorfosis, tiap dari cerita ini punya
sebuah fantasinya tersendiri. Pada Mantel dan Metamorfosis masing-masing punya
tokoh utama.
Kualitas manusia tokoh utama pada Mantel jenisnya berbeda
dengan cerita dari Metamorfosis. Tapi keduanya punya kemiripan dalam gairah
kemanusiaan. Pada Dr.Jekyll dan Mr. Hyde tak sama, di sini tegangan tidak
keras.
Keindahan dari Kafka dan Gogol terletak pada impian
pribadi yang menakutkan. Kedua cerita itu punya tokoh utama yang fantastis,
membentuk sosok yang bukan manusia. Tokoh utamanya berusaha keluar, untuk
melemparkan topeng, tentang mencuatnya Mantel dan Panser. Pada cerita Stevenson
tak terdapat konfrontasi dan kesatuan. Aku pikir, Jekylls Elixer dalam dunia
nyata sebagai tokoh riel sebagai kehidupan Utterson. Stevenson mengambil tokoh
bayangan seperti pada Dicken.
Secara garis besar perbedaan cerita antara gaya Gogol,
Kafka, dan Stevenson sebagai berikut:
Pada Gogol dan Kafka, tokoh utama yang absurd sebagai
bagian dari lingkungan yang absurd. Tetapi mereka berusaha keluar dalam
eksistensi sebagai manusia meskipun dengan susah payah. Walau pada akhirnya
meninggal penuh kebimbangan. Pada Stevenson tokoh utama tidak nyata dari
lingkungan dunia khayal. Jekyll/Hyde, sosok yang suka show. Ia berjuang sampai
mati, pembaca tak paham. Dengan kata lain aku tak akan bilang, cerita Stevenson
tak berguna. Bukan seperti itu, dia dalam wacana konvensional sebagai maestro
kecil saja.
Aku menolak pendapat Max Brod bahwa karya Kafka cenderung
menjurus ke dunia kesucian, bukan sastra. Kafka bagiku sebagai seniman dan tiap
seniman punya sesuatu yang disucikan. Aku tidak percaya jika kecerdikan Kafka
di dalamnya berbau agama. Ia mengajak kembali ke paradigma Freudian.
Metamorfosis adalah produk kompleksitas terhadap ayahnya
dan perasaan bersalah berkepanjangan. Sebab itu dijelaskan ada bahasa simbol
yang mistis, yakni muncul tokoh anak menjadi binatang kecil yang mengganggu
(Ungeziefer). Aku ragu, simbol kecoak itu hadir dalam karya Kafka, pasti itu
menggambarkan ajaran Freudian. Ia masukkan aspek psikoanalisis yaitu “kesalahan
yang tak terelakan.“ Itulah alasanku, aku lebih suka mengamati seni menulisnya
ketimbang wacana Freudian.
Pengaruh besar yang menimpa pada Kafka juga sudah
dipraktikkan oleh Flaubert. Kafka yang mengusung tema kengerian, karena bahasa
Kafka dianggapnya sebagai alat tukang. Perbendaharaan ilmu hukum dan pengetahuan
alam menyublin menjadi ironi yang jelas. Temuan Kafka secara pribadi itu juga
dialami Flaubert yang punya dampak kesatuan puitis.
Samsa menjadi pahlawan, anak pengusaha di Praha kelas
menengah. Keluarga sebagai ujung tombak, ini juga tampak pada karya Flaubert.
Manusia dengan selera rendahan, yang hanya mengurus dunia materi dengan rakus.
Lima tahun sebelumnya ayah Kafka terkena denda hutang. Di situ lah Gregor
sebagai pengusaha tekstil. Sekarang ayah Gregor hendak melimpahkan bisnisnya.
Bagi Grete, adik Gregor akan mengambil alih, dia terlalu muda, sementara ibunya
sakit asma. Tentu saja Gregor muda menjadi kebanggaan keluarga.
Gregor mencari rumah kontrakan di Charlottenstrasse, yang kemudian menjadi
bagian dari tempat tinggalnya. Karya tersebut ditulis tahun 1912 di Praha, kota
tua Eropa. Di Praha itu dulu pembantu masih digaji murah, sebab itu keluarga
Samsa mampu memperkerjakan seorang gadis berusia 16 tahun bernama Anna. Ia satu
tahun lebih muda dari Grete, serta ditambah seorang juru masak.
Pada umumnya Gregor dalam perjalanan bisnis, namun pada
malam hari di akhir cerita diselipkan antara dua perjalanan bisnisnya, ia
pulang ke rumah. Nah di sini lah terjadi kisah yang mengerikan, “Ketika Gregor
Samsa bangun dari mimpi buruknya di suatu pagi, ia temukan dirinya di ranjang
sudah berubah menjadi kecoak raksasa. Jika kepalanya sedikit diangkat, ia lihat
batok keras mengganjal di punggungnya, perutnya kaku membentuk susunan
berlapis-lapis, melengkung, cokelat, setinggi selimut, posisinya curam ke bawah,
tak bisa dibayangkan. Matanya kabur, tak berdaya melihat banyak kaki-kaki
ramping dibanding yang lainnya.
“Apakah gerangan yang terjadi pada diriku?“ pikir dia.
Itu bukan mimpi...
Pandangan Gregor dialihkan ke luar jendela, cuacanya
murung, terdengar rintik hujan yang jatuh di jendela seng, yang menjadikan
Gregor semakin melankolis. “Bagaimana seandainya aku lanjutkan tidur sedikit
saja dan melupakan semua kejadian aneh itu.“
Gregor mencoba seratus kali untuk menutup mata, sehingga
tak harus melihat kaki-kaki yang terus menggelisahkan.
Perihal mata Gregor yang sudah berubah menjadi mata
serangga, Nabokov punya analisis kritis:
“Seekor kecoak tak punya kelopak mata (Augenlider), oleh
karenanya matanya tidak bisa dikatupkan. Berarti meskipun mata Gregor sudah
menjadi mata serangga, namun sebetulnya masih pakai mata manusia.“
Seharusnya setan-setan mengenyahkan semua beban ini.
Seperti apa sekarang bentuk serangga yang menjijikkan itu. Gregor yang renta,
sebagai traveller kecil yang sudah bermertamorfosis? Dari penggambaran itu
jelas tergolong kelompok “kaki yang bergerak-gerak“ (Arthropoda), serangga,
binatang penenun, binatang kaki seribu, kerang. Cerita yang dimulai dengan
ilustrasi “banyak kaki,“ dimaksudkan lebih dari jumlah 6 kaki, maka secara ilmu
binatang, bisa jadi Gregor bukan termasuk serangga. Namun untuk meninggalkan
alasan itu, kita yakini saja Gregor itu serangga dengan kaki enam.
Kalau begitu seperti apakah bentuk Gregor itu? Katakanlah
Gregor sebagai coro. Namun juga tidak cocok, sebab coro itu pipih tubuhnya dan
punya kaki panjang. Perut dan punggung Gregor melengkung serta punya banyak
kaki. Namun hanya ada satu pertanda yang menyerupai coro, yakni warnanya
cokelat. Itu bukti semua yang ada. Pada perjalanan kisah tersebut, orang akan paham
pelan-pelan terhadap perubahan baru yang sangat ekstrem, juga alat
peraba/antena dan laki-kaki difungsikan. Kecoak cokelat yang bulat sebesar
anjing, sangat kebesaran, maka aku gambar seperti ini: (Lihat di foto album
facebook)
Seorang pelayan perempuan secara terbuka bicara dengan
kecoak bukan tak ramah. Secara ilmu binatang, Gregor sudah selesai menjadi
kecoak besar. (aku harus yakinkan, bahwa baik Gregor maupun Kafka dengan jelas
telah merujuk ke seekor kecoak.) Perhatikanlah perubahan itu dengan saksama.
Perubahan itu mengerikan dan menakjubkan, tak ada persepktif lain, seperti
orang pertama kali harus menganggapnya.
Sebuah interpretasi logis (Paul L. Landsberg in The Kafka
Problem (1946) Hsg. Angel Flores)
“Jika kita tidur di sebuah lingkungan yang tak pasti,
sering kali ketika kita bangun seolah-olah menemukan perasaan yang menakjubkan,
seperti tiba-tiba tidak nyata, dan kisah traveller itu harus terus melaju,
setelah kesadarannya muncul akan berjalan normal.“ Kesan sesungguhnya
tergantung dari kemandekan dan kelancaran cerita. Pada akhirnya tak menjadi hal
yang pokok, apakah orang terbangun menjadi Napoleon, George Washington atau
sebagai serangga. (Aku juga bisa bangun sekali tempo menjadi seorang kaisar
dari Brasil).
Pada sisi lain kesunyian berpadu dengan kepemilikan,
itulah yang kita sebut sebagai realitas, yakni sesuatu yang oleh seniman, orang
genius, penemu seluruh waktunya telah ditandai. Keluarga Samsa yang hidup di
lingkungan serangga yang menakjubkan, tak ubahnya secara pukul rata di
lingkungan orang genius.
Nabokov menelaah dari segi struktur cerita, yang
menurutnya dibagi 7 bagian.
1. Suasana Pertama:
Gregor bangun. Dia sendirian. Dia sudah siap akan menjadi
kecoak, tapi kesannya dia masih sebagai manusia dan tercampur dengan sebuah
insting baru, dimana ia juga calon sebagai serangga. Ilustrasinya berakhir
dalam suasana (kemanusiaan) bagian masa yang akan kemasukan. Gregor bimbang,
akankah melaporkan sakitnya, tapi asuransi kesehatan akan tahu kalau Gregor itu
sehat.
2.Suasana Kedua:
Ketiga ketukan di pintu kamar dan bicaranya dari depan
kamar, dari ruang tamu, dari kamar adik perempuannya. Keluarganya sebagai
benalu. Mereka mengeksploitasi dan mengkoyak-koyak Gregor baik dari dalam
maupun dari luar. Siapakah ketiga benalu itu? Ayah, ibu dan adik perempuan.
Sepintas orang bisa menganggap benalu pertama adalah sang ayah. Tepi ternyata
bukan. Justru adik kesayangannya yang paling dekat yang dianggap paling kejam.
Adik perempuannya mengkhianatinya dan memulai dengan narasi menarik mebel di
tengah cerita.
3.Susana Ketiga:
Kepayahan bangun, Gregor berpikir sebagai manusia, namun
sudah cenderung sebagai kecoak. Bagi Gregor, tubuhnya masih selalu seorang
manusia. Ia percayai seorang manusia pada bagian bawah, tapi pada bagian
belakang itu seekor kecoak, seorang manusia pada bagian atas, tapi pada bagian
depan itu kecoak. Seorang manusia yang punya formasi empat bagian ke dalam
seekor kecoak yang punya formasi enam bagian. Gregor masih selalu menaruh lagi
sepasang kakinya yang ketiga.
4.Suasana Keempat:
Ibu dan ayah bergabung dengan manajer. Suara Gregor yang
tegas itu semakin melemah, sehingga orang tak bisa mengerti lagi. (20 tahun
berikutnya James Joyce menulis novel Finnegans Wake yang mengubah di atas arus
sungai satu sama lainnya, pelan-pelan menguat dan menjadi batu.)
Gregor tidak mengerti, kenapa adik perempuannya tidak
bergabung saja dengan orang-orang lain. Gregor sudah terbiasa membantu
keluarganya bagaikan alat tukang saja. Sebab itu tak perlu berbelas kasihan, ia
tak sekalipun membuat Grete sedih.
5.Suasana Kelima:
Gregor membuka pintu. Pintu itu sudah terbuka lebar dan
dia sendiri belum bisa melihat. Dia sendiri harus mendorong daun pintu dengan
sangat hati-hati.
6.Suasana Keenam:
Gregor mencoba menenangkan manajernya, karena ia tak
ingin kehilangan pekerjaan. “Sekarang,“ kata Gregor yang sudah sadar dengan
baik, bahwa dia harus tetap tenang, “aku akan segera berpakaian, mengemasi dan
langsung pergi. Inginkah Anda? Aku harus segera pergi? Sekarang Tuan Manajer,
Anda sudah lihat, aku bukan keras kepala dan aku senang bekerja; perjalanan
bisnis itu memang berat, tapi aku tidak bisa hidup tanpa melakukan perjalanan
bisnis ini. Ke mana Tuan Manajer setelah ini? Di kantor? Ya? Akankah Anda
menceritakan semua kebenaran ini? Sementara ini orang tak bisa mampu bekerja,
tapi nanti pada waktu yang tepat, pasti akan bekerja mencapai puncaknya, justru
jika hambatannya sudah lewat, pasti akan semakin rajin dan menumpuk kerjanya.“
7.Suasana Ketujuh:
Sang ayah menggiring Gregor dengan kasar kembali ke
kamarnya memakai tendangan kaki dan tonjokan pentungan di tangan, sedang tangan
lainnya nemakai kertas koran. Kondisi ini membuat Gregor kesulitan melewati
pintu yang baru dibuka separuh. Tapi karena desakan sang ayah, ia lakukan.
Pintu itu juga dipukul dengan pentungan dan akhirnya sunyi.
***
Catatan:
Nabokov disebut-sebut dari beberapa sumber, ia sebagai
novelis yang sangat teliti. Dari kata ke kata benar-benar ia cermati. Ben Abel,
seorang kawan memberitahu, Ben Anderson di Cornell dulu pernah mengikuti
semacam perkuliahan langsung dari Nabokov. Apa kesan Ben Anderson? Katanya,
tidak menarik.
(Diringkas oleh: Sigit Susanto)
No comments:
Post a Comment