Judul: Proses
Judul Asli: Der Prozess (The Trail)
Penerbit: Fischer Taschen Verlag, Frankfurt am Main, 1979
Tebal: 194 halaman.
Pembuka novel ini mirip dengan novelet “Metamorfosis“
(Die Verwandlung) yakni dalam bentuk kalimat yang sedang bergerak, bukan
statis: Seseorang telah memfitnah Josef K, karena itu pada suatu pagi tanpa
melakukan suatu kejahatan, dia ditangkap.
Dari awal pembuka kalimat seperti ini, kontan mengundang
decak penasaran pembaca untuk tahu kelanjutannya. Kafka memang tidak suka
memakai semacam pengantar dalam sebuah pembuka cerita. Dia langsung memilih
kalimat yang menukik ke sasaran tema. Rupanya resep dari Faulkner ada benarnya,
Faulkner pernah bilang, “Tulislah kalimat pertama yang indah, agar pembaca
membaca kalimat berikutnya.“
Novel ini ditulis oleh Kafka pada tahun 1914. Namun
naskah yang ditulis tangan tersebut baru diterbitkan tahun 1925, setahun
setelah Kafka meninggal. Max Brod adalah sahabat dekat Kafka yang mendapat
beberapa testamen, agar sebagian naskah Kafka dibakar. Akan tetapi Brod
mengingkari janji dengan alasan supaya karya Kafka bisa dinikmati pembaca
dunia. Brod menemukan naskah ini di sebuah laci meja Kafka dengan tanpa judul.
Namun sebelumnya Kafka pernah bilang Brod, kalau naskah novelnya kelak akan
diberi judul “Proses.” Entah apa karena Brod merasa bersalah, belakangan ketika
Brod meninggal, dikubur persis berhadap-hadapan dengan nisan Kafka di daerah
Zizkov makam Yahudi di Praha.
Kisah novel ini bermula dari seorang manajer bank bernama
Josef K yang di suatu pagi tiba-tiba ditangkap petugas pengadilan. Josef K yang
kemudian sering dipanggil K ini kebingungan. Dia merasa tak punya kesalahan,
namun ditangkap dan diajukan ke pengadilan. K sendiri menyewa apartemen, dimana
di situ tinggal gadis yang kerjanya sebagai juru ketik bernama Fräulein
Bürstner. K menaruh bibit simpati pada Fräulein Bürstner yang banyak mengalami
rintangan. Rintangan itu lebih banyak dari keraguan diri sendiri. Dalam
beberapa interpretasi, Fräulein Bürstner ini identik dengan mantan tunangan
Kafka sendiri yang sudah dua kali batal kawin. Dia perempuan Yahudi asal Berlin
bernama Felice Bauer. Menghayati karya Kafka perlu sebuah fantasi abstrak,
disinyalir nama tokoh Fräulein Bürstner (inisial FB) sama dengan nama mantan
tunangannya bernama Felice Bauer (inisial FB).
Kisah selanjutnya K diajukan ke sidang. Banyak halangan
untuk mencari tempat sidang. Pertama, alamatnya tidak jelas. Kedua, setelah
ditemukan alamatnya, suasananya saling berkelompok. Pihak pengadilan mempunyai
orang-orang yang dibayar untuk tepuk tangan dan berteriak. Akibat kepolosan K
membuka tabir kebobrokan mental para petugas pengadilan yang menahan K secara
paksa, petugas bernama Franz dan Wilhem dijatuhi hukuman cambuk. Kesalahan
kedua petugas pengadilan itu antara lain, memakan sarapan pagi K di apartemen,
juga membujuk K agar pakaian kotornya kelak diberikan ke mereka untuk dicuci,
sebab di depot penjara banyak petugas mencuri pakaian tahanan. Masih di
pengadilan K berkenalan dengan istri pembantu pengadilan yang sering dibopong
mahasiswa jurusan hukum untuk diserahkan ke hakim ketua.
K sebagai manajer bank yang punya kedudukan terhormat
menjadi sering murung akibat proses-nya di pengadilan yang tak kunjung
diputuskan. Dia kadang menghabiskan waktu malamnya ke sebuah bar dan berkenalan
dengan gadis bar bernama Elsa. Ketidaknyamanan K bertambah, ketika paman K dari
desa datang ke bank. Paman itu mengajak K mencari bantuan pengacara. Di rumah
pengacara, K justru kasak-kusuk dengan Leni, gadis pembantu pengacara.
Pengacara itu kawan lama pamannya.
Sampai di sini kita lihat K telah menjalin empat
perempuan berbeda, Fräulein Bürstner di apartemen, istri penjaga pengadilan,
Elsa pegawai bar dan Leni, pembantu pengacara. Ke empat perempuan tersebut
rata-rata sebagai pekerja sederhana, bahkan bisa dibilang rendahan. Padahal K
sendiri seorang manajer bank.
Tak sampai di situ usaha K. Dia juga diperkenalkan oleh
klinnya di bank pada seorang pelukis bernama Titorelli. Pelukis ini punya
hubungan dekat dengan para pegawai pengadilan. Utamanya dia sering melukis
wajah hakim ketua. Titorelli adalah pelukis foto dari para pegawai pengadilan.
Pekerjaan ini warisan dari ayahnya dulu, sehingga tak mungkin diganti oleh
pelukis lain. Dari usaha ke usaha yang tampak konyol serta penuh rintangan,
tetap tak membuahkan hasil gemilang.
Suatu hari K di bank mendapat tugas mengantar seorang
parner bisnis orang Italia ke sebuah katedral. K bisa berbahasa Italia, tapi
tidak begitu lancar. Sebab itu di tangannya dia bawa kamus dan brosur tentang
wisata kota. Di katedral, ternyata parner bisnis bank dari Italia ini tidak
datang. Apa yang K lakukan? K bertemu dengan pendeta katedral. Uniknya pendeta
itu kenal nama K. Dia sering ditugaskan ke penjara dan pernah melihat K. Dialog
antara pendeta dan K sangat sarat muatan psikologi. Mendekati akhir cerita,
ternyata terselip sebuah cerpen Kafka yang berjudul “Di Depan Hukum” (Vor Dem
Gesetz). Cerpen tersebut muncul secara utuh dan dijabarkan panjang lebar dalam
dialog antara K dan pendeta. Apakah K akhirnya akan lolos dari jeratan hukum
atau masuk bui? Baca dulu novelnya.
***
No comments:
Post a Comment